Sabtu, 09 Januari 2010

Pendapat Tentang Mata Kuliah Softskill Pengantar Telematika

Pendapat saya mengenai Mata Kuliah Softskill ini sangat berbeda dengan V-Class yang notabennya sama-sama sarana pembelajaran jarak jauh atau E-Learning yang disediakan oleh Gunadarma. Softskill ini merupakan cara pembelajaran baru yang saya dapatkan semester ini. Softskill lebih cenderung mahasiswa yang aktif untuk membuat suatu tulisan melalui blog atau warta warga yang merupakan fasilitas yang disediakan oleh Gunadarma untuk menuangkan pikiran atau tulisan yang dibuat oleh para mahasiswanya.

Namun menurut saya masih kurang efektif karena hanya satu arah, mahasiswa tidak bisa mendapatkan bimbingan dari dosen mengenai tulisan yang dibuat padahal untuk membuat tulisan yang akan ditampilkan pada media internet bukanlah hal yang mudah seperti kita membuat tulisan di selembar kertas atau buku. Semua orang bisa lihat dan semua orang bisa tahu bahwa itu merupakan tulisan mahasiswa Gunadarma, yang nantinya akan menentukan penilaian tentang mutu mahasiswa Gunadarma itu sendiri.

Sebaiknya juga bukan hanya ada peringatan bahwa Gunadarma tidak mentolerir tindak Plagiarisme, tetapi ada suatu proses atau aplikasi yang menyaring suatu tulisan yang dibuat dan menolak apabila tulisan tersebut ternyata sudah ada sebelumnya. Bukannya melalui softskill nama Universitas Gunadarma dipertaruhkan?? Karena semua orang bisa tahu dan bisa menilai kualitas mahasiswa Gunadarma itu seperti apa. Jadi semoga bisa lebih diperhatikan tentang Kualitas tulisan yang dibuat oleh mahasiswanya.

Untuk kedepannya menurut saya Softskill tetap dilanjutkan, karena bisa menciptakan kreativitas mahasiswa dalam membuat suatu tulisan.
Demikian pendapat saya semoga bisa jadi bahan pertimbangan atau perbaikan untuk kedepannya kelak.

Tokoh-Tokoh Telematika Terkemuka di Indonesia


JB Kristiadi





Namanya JB Kristiadi, bukan J Kristiadi. Doktor lulusan Sorbonne University, Prancis (1979), ini menjabat Sekretaris Menkominfo dan pernah menjabat Ketua Lembaga Administrasi Negara RI (1990-1998). Sedangkan J Kristiadi adalah pengamat politik dari Center for Strategic and International Studies. Pakar telematika ini bercanda mengaku sebagai Kristiadi beneran.

Sekretaris Menteri Komunikasi dan Informasi ini mengatakan Teknologi Informasi (TI) sebaiknya ditempatkan menjadi penggerak utama mekanisme pembangunan seluruh sektor ekonomi nasional. Menurut pakar telematika ini sebagai salah satu teknologi unggulan yang menentukan masa kini dan masa depan umat manusia, semakin penting untuk dikuasai pemahamam, pengetahuan, pemanfaatannya, serta penciptaannya.

Kaitannya yang erat dengan berbagai sektor ekonomi, terutama sektor tersier dan kwarter, menempatkan TI sebagai komoditi strategi dalam pembangunan nasional. Malahan ada negara yang meluncurkan konsep pembangunan nasionalnya yang bercirikan IT-led development, dimana TI bukan hanya sebagai perangkat pendukung tetapi telah meningkat menjadi penggerak utama mekanisme pembangunan seluruh sektor ekonomi nasional.

Ingin Jadi Pilot
Dia anak keenam dari sembilan bersaudara. Lahir di Jawa Tengah, 4 Mei 1946 dari keluarga 'gedongan'. Ayahnya, B.S. Pudjosukanto, guru di sekolah Belanda di Solo dan pindah ke Jakarta, saat Kristiadi berusia tiga tahun.

Pada saat masuk SD di Blok Q, Jakarta, anak pendiam dan pemalu ini, hanya sendirian yang memakai sepatu. Jadinya, dia malu memakai sepatu di sekolah. Dari rumah dia memakai sepatu, tetapi sesampai di sekolah, sepatu itu dilepasnya. Namun, walau pemalu, dia suka menjahili teman sekolahnya, seperti menyembunyikan tas temannya.

Sebagai seorang guru sekolah Belanda, ayahnya mendidiknya dengan cara Belanda. Harus berdisiplin, mulai dari bangun tidur, kumpul di meja makan, sewaktu makan tidak boleh bicara, belajar dan sampai tidur kembali.

Namun, mengenai pilihan sekolah, ayahnya memberi kebebasan. Pada saat kecil dia bercita-cita jadi pilot. Tapi beranjak remaja, dia suka merakit radio dan bongkar-bongkar mesin. Cita-citanya pun berubah, ingin jadi insinyur elektro.

Suatu ketika, dia membongkar mesin jahit ibunya, tapi kemudian ia tak bisa memasangnya lagi. Tentu saja ibunya sangat kesal.

Pada saat duduk di SMA 9 Sore, Jakarta, dia sangat suka pada ilmu eksakta. Sampai-sampai dia sempat satu tahun bersekolah rangkap pagi di SMA jurusan ilmu alam, sore di SMA jurusan sosial-budaya.

Selepas SMA, Kris masuk Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (sekarang FISIP) Universitas Indonesia. Semasa mahasiswa, dia ikut demonstrasi menentang Orde Lama (1966). Dia ikut menggotong Arief Rahman Hakim yang ketika itu tertembak sampai tewas.

Tapi kegiatannya sebagai aktivis mahasiswa itu, tak sampai membuat kuliahnya terganggu. Bahkan, semasih menyusun skripsi, ia sudah diterima bekerja Departemen Keuangan. Dia lulus S1 dari Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan, Universitas Indonesia tahun 1971.

Kemudian pria yang hobi bermain musik, ini meraih doktor (S3) di Sorbonne University, Prancis, llulus tahun 1979 dengan summa cum-laude. Namun, pakar telematika ini mengaku seorang generalis.

Saat mengumpulkan data untuk disertasinya tentang negara berkembang, dia pulang ke Tanah Air selama tiga bulan. Kesempatan itu, digunakannya untuk menikah dengan Fiona (1976), yang kemudian memberinya empat anak (Gerald Admiraldi, Raymod Laksmanadi, Edgar Kharismaraldi dan Eldi Marshaldi). Ibarat kata pepatah, sambil berenang minum air. Sambil cari data, mereguk nikmatnya perkawinan.

Dia menjabat Direktur Pembinaan Kekayaan Negara Departemen Keuangan (1980-1987). Kemudian menjabat Direktur Anggaran Departemen Keuangan (1987-1990). Tahun 1990 dia meninggalkan Depkeu, karena dipercaya menjabat Ketua Lembaga Administrasi Negara RI sampai tahun1998.

Sebelum menjabat Sekretaris Menteri Komunikasi dan Informasi, dia sempat menjabat Asisten Menteri Wasbangpan (1998-2000) dan Deputi Menpan (2000-2002).

Tidak Ada Pilihan
Sebagai suatu negara yang menganut sistem ekonomi terbuka, Indonesia secara langsung maupun tak langsung akan terbias oleh pengaruh penguasaan dan pemanfaatan TI, dan IT-led development yang berlangsung di negara lainnya.

Tak ada pilihan lagi bagi kita kecuali untuk ikut dalam kancah penguasaan dan pemanfaatan TI ini. Kita hatus membangun kemampuan untuk memanfaatkan TI yang bisa memberikan tambahan nilai dari setiap kegiatan pembangunan, pelaksanaan kegiatan berproduksi, dan penyelenggaraan pelayanan.

Selanjutnya sisi pemanfaatan ini akan mendorong tumbuhnya keperluan dan kemampuan untuk mengembangkan penguasaan TI. Jadi kita menerapkan pendekatan application-driven IT development yang bersifat deduktif sebelum kita mengembangkan TI secara induktif.

Bertolak dari sisi pemanfaatan TI, selain dimaksudkan untuk memacu tumbuhnya penguasaan TI, sasaran utamanya adalam pemanfaatan yang berdayaguna, berhasilguna, ekonomis, berkualitas, serta bertanggungjawab. Sasaran ini hanya dapat tercapai jika terjalin hubungan yang serasi di antara pelaku-pelaku yang terkait kerjasama yang terkoordinasi.

Koordinasi Pemanfaatan TI
Dalam makalahnya pada Seminar Puncak PPI 95, JB Kristiadi mengatakan secara umum koordinasi pemanfaatan TI bergerak antara dua kutub yang ekstrim, yakni koordinasi melalui kelembagaan yang kuat dan koordinasi tanpa kelembagaan sama sekali.

Pendekatan yang diambil tak selalu mencerminkan tingkat kemajuan suatu negara, walaupun ada kecenderungan bahwa negara mju lebih mengandalkan koordinasi tanpa kelembagaan dan negara berkembang perlu melakukannya melalui mekanisme kelembagaan.

Koordinaasi dalam arti kata yang lluas mencakup ketiga pelaku dalam bidang TI, yakni pengatur (regulator), penyedia sumber daya (resources providers), dan pemanfaat (users). Dalam lingkup yang sempit, koordinasi hanya berkenaan dengan pemanfaat saja, dan untuk administrasi negara mungkin lebih sempit lagi yakni yang berkenaan dengan pemanfaat instansi Pemerintah saja.

Koordinasi dengan kelembagaaan umumnya merupakan pelembagaan dari regulator yang yang menciptakan berbagai aturan dan ketentuan yang berkenaan dengan penyelenggaraan pemanfaatan serta partisipasi providers. Sedangkan koordinasi tanpa kelembagaan formal lebih dikaitkan dengan eksistensi asosiasi, ikatan, himpunan dan paguyupan profesi atau usaha.

Untuk dapat membedakan tingkat keterkaitan lembaga terhadap koordinasi pemanfaatan TI kita bisa melihat sikon di Singapura, Perancis, dan Canada sebagai contoh. Singapura dengan NCB (National Computer Board), merupakan contoh koordinasi dengan kelembagaan yang sangat top-down. Walaupun koordinasi memadukan sisi penguasaan dan pemanfaatan TI, khusus untuk pemanfaatan TI pada instansi Pemerintah & Co, NCB menjalankan praktek BOT atau malahan BOO yang sangat ketat.

Semua rencana pemanfaatan TI pada instansi Pemerintah disusun NCB (bersama instansi terkait). Semua dana yang berkenaan dengan pembangunan dan penyelenggaraan pemanfaatan TI dipusatkan pada pos anggaran NCB.

Staff NCB yang membangun sumber daya TI yang diperlukan, dan staff NCB pula yang menyelenggarakan operasi sampai dengan waktu tertentu. Kemudian staff NCB dapat melimpahkan ke staff instansi pemanfaat atau staff NCB pula yang menyelenggarakan operasi sampai dengan waktu tertentu. Kemudian staff NCB dapat melimpahkan ke staff instansi pemanfaat atau staff NCB dialihtugaskan kesana.

Jadi NCB berperan mulai dari perencanaan, pembangunan, dan pengoperasian pemanfaatan TI. Pendekatan ini selain mengoptimumkan dana investasi sekaligus menciptakan terbinanya koordinasi yang kokoh, serta tercptanya standardisasi dalam berbagai aspek teknis pemanfaatan. Kalaupun dapat dikatakan sebagai hal yang negatif, instansi Pemerintah sebagai pemanfaat terlihat kehilangan inisiatif, ketergantungan yang tinggi atas NCB, serta tak ada kendali terhadap providers.

Perancis dengan CIIBA-nya meletakkan fungsi koordinasi ini dari sisi alokasi anggaran bagi instansi Pemerintah. Semua anggaran yang berkenaan dengan pembangunan dan pengoperasian TI harus mendapat persetujuan dari CIIBA terlebih dahulu. Tetapi jika alokasi dana ini sudah disetujui maka setiap instansi dapat melaksanakannya sendiri-sendiri tanpa campur tangan CIIBA, baik untuk pembangunan sumber daya TI maupun untuk pengoperasiannya. Tent saja CIIBA tetap akan memantau 3-E pelaksanaan, yang nantinya akan menjadi kriteria dan masukan bagi penganggaran tahun selanjutnya.

Sedangkan Canada dapat dikatakan menerapkan koordinasi ini melalui upaya yang terletak di antara kedua contoh sebelumnya. Penetapan alokasi anggaran dilakukan secara terpusat melalui Chief Information Officer dari Information Management & Techonology di lingkungan Treasury Board, sedangkan pelaksanaan pembangunan dan penyelenggaraan operasi sedapatnya dilakukan oleh BUMN Canada khusus di bidang TI yakni GTIS. Jadi di Canada aspekan anggaran memang terpusat tetapi pelaksanaan masih ada kebebasan instansi untuk menyelenggarakan sendiri,walaupun lebih didukung ke arah outsourcing oleh GTIS. Sekedar tambahan, GTIS ini merupakan penyedia jasa telekomunikasi juga selain jasa informatika.

Walaupun pendekatan serta lingkup koordinasinya berbeda, namun satu hal yang pasti dari ketiga contoh tadi adalah status kelembagaannya yang bersifat struktural dan diletakkan pada jajaran yang tinggi secara nasional. Jika NCB resminya di bawah Menteri Keuangan, CIIBA pimpinannya adalah Perdana Menteri, maka CIO-IMT berada di lingkungan Treasury Board atau semacam Presidium Kabinet bidang EKUIN-nya Canada.

Koordinasi TI di Indonesia
Banyak pihak yang merasa tak sabar melihat lemahnya koordinasi TI di Indonesia ini dan menginginkan peran kelembagaan yang lebih menggigit.

Memang telah dilakukan pembicaraan dan pendekatan mengenai kemungkinan pelembagaan badan koordinasi yanglebih berbobot hak dan tanggung jawabnya, serta alokasi dana operasinya. Malahan ada pihak yangmenyerukan adopsi cara NCB di sini, walaupun mungkin kurang paham atau sadar tentang konsekuensinya.

RM Roy Suryo



Siapa yang tak kenal dengan Roy Suryo. Dia pakar multimedia yang kesohor. Dengan talenta yang dimiliki, pria kelahiran Yogyakarta, 18 Juli 1968, ini begitu lancar dan gamblang mengungkap beberapa kasus foto-foto di internet melalui penelusuran yang berhubungan erat dengan dunia teknologi informasi.

Media pun genjar mempublikasikan sosoknya. Di mana ada kasus yang berhubungan dengan foto dan teknologi informasi, di situ dia dicara sebagai nara sumber.

Pernah namanya kembali mencuat setelah mengklaim telah menemukan lagu Indonesia Raya yang asli atau lengkap melalui penelusuran teknologi informasi bekerjasama dengan Tim Air Putih. Bahkan dia mengaku telah menemukan lagu Kebangsaan Indonesia itu melalui tiga versi sekaligus.Disusul kemudian penemuan yang cukup spetakuler rekaman pidato Bung Karno tentang Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).

Sosok satu ini sering membuat sensasional dalam sepak terjangnya menggeluti dunia tehnologi informatika. Sebelumnya, pria bernama lengkap KRMT Roy Suryo Notodiprojo, pernah juga mengungkapkan beberapa kasus yang menjadi sorotan publik, diantaranya, kematian penyanyi cantik asal Bogor, Alda Risma Elvariani yang tewas di hotel kawasa n Matraman, Jakarta Timur. Melalui kamera control (CCTV) hotel, dia menganalisa secara detail, kapan, bagaimana dan apa yang dilakukan si penyanyi tersebut sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir.

Hasil analisanya sedikit membuka tabir apa yang terjadi pada pelantun ‘Aku Tak Biasa’ sebelum tewas. Pada beberapa kasus lainpun pria berkumis tipis ini selalu melakukan hal yang sama, menganalisa peristiwa- perperistiwa dengan perspektif tehnologi yang dia kuasai. Atas semua yang telah dilakukannya pria yang dikenal dengan nama Roy Suryo inipun memiliki beberapa julukan, pakar informatika, ahli multimedia, dan pakar telematika.

Pria pengoleksi 48 mobil kuno ini jatuh cinta terhadap dunia tehnologi sejak dia duduk di bangku sekolah menengah tingkat pertama atau SMP. Bahkan ditempatnya menimba ilmu, SMP 5, Padmanaba, Yogyakarta, Roy Suryo pernah merancang sistem Amplifier dan Komunikasi Sekolah. Tentu, diusianya yang masih dini, apa yang dilakukannya merupakan sesuatu yang langka.

Kecintaanya terhadap dunia tehnologi terus berlanjut hingga dia duduk bangku SMA. Pada saat di SMA, Roy Suryo bergabung dalam kelompok ilmiah remaja bidang fisika, dia sempat diangkat sebagai ketua kelompok ilmiah remaja ini. Di bangku SMU ini lagi-lagi Roy menciptakan sesuatu yang baru, merancang amplifier sehingga sampai sekarang alat dan perangkat-perangkat yang pernah dirancangnya berupa amplifier, bel sekolah dan system speaker masih berjalan dan masih bisa digunakan.

Hari-harinya sangat sibuk sehingga membuat pria yang akrab dipanggil roy sering terbang keliling Indonesia untuk memberikan mata kuliah multimedia dan konsultasi soal tehnologi yang dia kuasai itu. Tapi, pria yang berciri khas selalu ditemani dengan laptop kemanapun pergi ini mengaku merasa enjoy dengan semua aktivitas yang dilakoninya itu.
Dia berprinsip bahwa apa yang telah dilakukan yang terpenting bisa memberi manfaat bagi orang banyak. Bukan sebaliknya, memiliki keahlian dan kepandaian, tapi digunakan untuk mencelakakan atau mengerjai orang lain. Menurutnya, banyak orang yang lebih ahli dari dirinya, tapi sayang si ahli lebih memilih menyimpan ilmunya atau paling naïfnya lagi menggunakan ilmu itu untuk mengakali orang lain atau memperkaya diri sendiri.

Dunia teknologi bagi penyuka miniature mobil ini memang rentan penyalahgunaan. Banyak sekali orang yang kaya dalam sekejap karena kemampuan dan kelihaiannya mengotak-atik computer melalui jaringan internet melakukan tindakan penipuan. Tak terhitung sudah berapa banyak para hecker yang berhasil membobol bank dengang keahlian yang dimilikinya tersebut. Belum lagi seseorang yang sengaja menyebarkan issu yang tidak baik atau kejahatan dalam dunia cyber lainnya.

Untuk itu pria penggila mobil kuno ini selalu berusaha untuk mengerem tindakan dari hal tercela dengan terus berpegang pada pakemnya yang selama ini dipegang, “Sekecil apapun tindakan buruk yang pernah kita lakukan, ketika nanti sudah sukses justru menjadi boomerang dan menjatuhkan diri kita sendiri.”

Roy menyadari selama menjalani profesinya ini tidaklah selalu mulus seperti jalan tol. Banyak sekali kritikan dan gunjingan pedas yang dilontarkan orang padanya. Roy bertekad tetap bertahan dengan mempersembahkan yang terbaik bagi negeri ini. Dia terus-menerus menumbuhkan keyakinan pada dirinya, karena Roy percaya bahwa apa yang dilakukan selama ini tidak bertentangan dengan hati nuraninya. Dia juga tetap memperhatikan control dari masyarakat terhadapnya.

Hobby Lain
Sebagai seorang pakar telematika, ternyata pria beristrikan Ririen Suryo ini mempunyai hobby lain, otomotive. Dia pengoleksi mobil Kuno. Ditempat tinggalnya, Yogya berderet tak kurang 48 mobil Mercy dalam kondisi sangat terawat. Koleksi mobil itu dari buatan tahun 1935 sampai buatan tahun 2006, uniknya lagi semua mobil itu memiliki nomor polisi sama AB 8888.

Untuk hal satu ini, Roy yang mempunyai hobby fotografi, elektronika, komputer dan otomotif ini punya alasan tersendiri, Roy mengaku suka sesuatu yang spesifik. Karena sesuatu yang spesifik itu akan membuat dirinya bisa lebih professional. Makanya dia sangat fanatic hanya mengoleksi satu merk mobil, Mercedes. Karena dengan hanya mengoleksi satu merk dia akan lebih mudah mempelajari dan merawatnya yang disesuaikan dengan spare part mobil itu sendiri. Mantan penasehat Mercedes Bens Club Jogja inipun mengaku tak perlu repot-repot bila terjadi kerusakan terhadap mobilnya tersebut.

Berkaitan dengan hobby mengoleksi mobil kuno ini, Roy punya cerita cukup menarik. Ketika menikah tahun 1994, Roy ingin sekali berpose didepan sebuah mobil kuno, tidak disebutkan jenis mobil kunonya. Sayangnya, dia kesulitan mendapatkan mobil tersebut. Sepuluh tahun kemudian atau tepatnya tahun 2004 Roy baru bisa membeli mobil yang dimaksud, kemudian dipergunakanlah mobil itu sebagai background foto pengantin bersama istrinya, Ririen Suryo.

Roy beruntung memiliki istri yang tidak hanya cantik, tapi juga pengertian dengan kesibukan-kesibukannya selama ini. Manakala dia kangen dengan istrinya, Roy tidak mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan istrinya. Apalagi saat seperti sekarang ini tehnologi semakin maju, dengan adanya era 3G di diamanapun kapanpun dia inginkan dengan mudah berkomunikasi pada sang istri.

Saat senggang Roy pemilik 20 antena parabola di rumahnya ini menghabiskan waktunya bersama istri tercinta, kebetulan dia belum dikaruniai putra. Di setiap ada acara keluarga, penyayang kucing ini rela meninggalkan semua aktifitasnya untuk menghadiri acara tersebut. Menurutnya, hidup itu jangan terlalu dibuat susah atau terlalu ngoyo, harus ada jeda untuk istirahat sejenak atau liburan bersama keluarga sehingga hidup akan lebih bernakna dan dinamis. (Dari berbagai Sumber ) ►e-ti/azizah

Onno Widodo Purbo




Onno Widodo Purbo (lahir di Bandung, Jawa Barat, 17 Agustus 1962, umur 47 tahun) adalah seorang tokoh (yang kemudian lebih dikenal sebagai pakar di bidang) teknologi informasi asal Indonesia. Ia memulai pendidikan akademis di ITB pada jurusan Teknik Elektro pada tahun 1981. Enam tahun kemudian ia lulus dengan predikat wisudawan terbaik, kemudian melanjutkan studi ke Kanada dengan beasiswa dari PAUME.

RT/RW-Net adalah salah satu dari sekian banyak gagasan yang dilontarkan. Ia juga aktif menulis dalam bidang teknologi informasi media, seminar, konferensi nasional maupun internasional. Percaya filosofi copyleft, banyak tulisannya dipublikasi secara gratis di internet.
Riwayat Pendidikan
• 1987 S1 Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Teknik Elektro. Judul skripsi “Perancangan dan implementasi rangkaian RS232C 8 kanal & program untuk praktikum” di bawah bimbingan Prof. DR. Samaun Samadikun[4] dan DR. Adang Suwandi
• 1989 S2 (M.Eng) McMaster University, Kanada – Semikonduktor Laser. Judul tesis “Numerical models for degenerate and heterostructure semiconductor diodes” di bawah bimbingan Prof. DR. D.T.Cassidy dan Prof. DR. S.H. Chisholm.
• 1993 S3 (Ph.D) Universitas Waterloo, Kanada – Teknologi Rangkaian Terintegrasi untuk Satelit. Judul tesis “Studies on Polysilicon Emitter Transistors made on Zone-Melting-Recrystallized Silicon-on-Insulator” di bawah bimbingan Prof. DR. C.R. Selvakumar.
Penghargaan
Menerima beberapa penghargaan / pengakuan tingkat nasional dan internasional, seperti
• 1987, Lulusan Terbaik, Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung.
• 1992, Masuk dalam buku “American Men and Women of Science”, R.R.Bowker, New York (Amerika Serikat).
• 1994, Profil Peneliti, KOMPAS 26 Desember 1994.
• 1996, Menerima “Adhicipta Rekayasa”, dari Persatuan Insinyur Indonesia.
• 1997, Menerima “ASEAN Outstanding Engineering Achievement Award”, dari ASEAN Federation of Engineering Organization (AFEO)
• 2000, Masuk dalam buku “Indonesia Abad XXI: Di Tengah Kepungan Perubahan Global”, Editor Ninok Leksono, KOMPAS.
• 2002, Eisenhower Fellow, dari Eisenhower Fellowship (Amerika Serikat).
• 2003, Sabbatical Award, dari International Development Research Center (IDRC) (Kanada).
• 2005, Ashoka Senior Fellow, dari Ashoka (Amerika Serikat).
• 2008, Menerima “Gadget Award Exclusive Appreciation”, dari Majalah Gadget.
• 2008, Menerima “IGOS Summit 2 Award”, dari MENKOMINFO “Atas Semangat dan Perjuangan menyebarluaskan pemanfaatan Open Source di Indonesia.
• 2008, Masuk dalam buku “Indonesia 100 Innovators”, Business Innovation Center .
• 2008, Menerima Gelar “Pahlawan Generasi Masa Kini” dari Modernisator.
• 2009, Indigo Fellow: Digital Community Fellow, dari PT. Telekomunikasi Indonesia.
• 2009, Anugrah “TIRTO ADHI SOERJO” kategori Pelopor / Pemulai, dari [I:BOEKOE] .
• 2009, Anugrah “Competency Award 2009″ dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
Peristiwa Penting
• Mei 1998, memimpin penulisan naskah “Kerangka Konseptual: Nusantara 21″ di Yayasan Litbang Telekomunikasi Informatika (YLTI).
• 1999-2000, kepala Perpustakaan Pusat Institut Teknologi Bandung (ITB).
• Mantan Dosen Institut Teknologi Bandung, sejak Februari 2000. Berdasarkan SK MENDIKNAS No. 533/K01.2/KP.04.2/SK/2000 tanggal 28 Februari 2000 tentang Pemberhentian dengan Hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil ditandatangani oleh Prof.Dr.Ir. Djoko Santoso M.Sc. a.n. MENDIKNAS.
• Memberi Workshop Internet Wireless dan VoIP di beberapa negara, seperti, Afrika Selatan, Amerika Serikat, Bangladesh, Bhutan, Cambodia, Denmark, Laos, India, Malaysia, Nepal, Thailand, Timor Leste, Tunis.
• Menjadi anggota advisory board pada beberapa organisasi nasional & Internasional, seperti,
o Masyarakat Telematika (MASTEL), 2006.
o UNDP Asia-Pacific Development Information Programme (APDIP), 2006.
• Pernah menjabat di pengurusan ORARI Lokal dan Daerah Jawa Barat maupun Jakarta.
• Sejak tahun 2006, menjadi koordinator bagian Pendidikan & Latihan (DIKLAT) di pengurus ORARI Pusat yang materinya dihosting di beberapa situs di Internet.
• Sejak tahun 2007, membina Kelompok Remaja Melek IT (Kerm.IT) di lingkungan Kemayoran, Jakarta Pusat.
• Sejak September 2008 aktif sebagai Qualified Trainer di Wireless University http://www.wirelessu.org untuk memberikan training teknologi wireless internet di seluruh dunia.
Karya
Distro Linux
• Distro SchoolOnffLine
• Distro SMEOnffLine
• Distro ORARINux
Publikasi internasional
Beberapa cuplikan publikasi internasional yang pernah dilakukan adalah,
• Onno W. Purbo, D.T. Cassidy and S.H. Chisholm, “Numerical model for degenerate and heterostructure semiconductor devices,” J. Appl. Phys., vol. 66, no. 10, pp. 5078-5082, 15 November 1989.
• Onno W. Purbo and C.R. Selvakumar, “Simultaneous extraction of hole barrier height and interfacial oxide thickness in polysilicon emitter bipolar transistors,” Solid State Electronics, Vol. 34, No. 8, pp. 821-826, 1991.
• Onno W. Purbo and C.R. Selvakumar, “High gain SOI polysilicon emitter transistors,” IEEE Electron Device Letter, Vol. 12, No. 11, pp. 635-637,1991.
• Onno W. Purbo and Adang Suwandi, “Automation of Bipolar Transistor Characterization,” IEEE conference, Kuala Lumpur, 1992.
• Onno W. Purbo, “Development of Low Cost Wide Area Network in Indonesia,” Journal of Scientific Indonesia, Vol. 1, No 1, October 1991.
• Onno W. Purbo, “SOI Transistor for high speed devices and satellite applications,” Journal of Scientific Indonesia, Vol. 1, No 1, October 1991.
• C.R.Selvakumar and O.W.Purbo, “Polysilicon emitter bipolar transistor realized on Zone-Melting-Recrystallized Silicon-on-Insulator material,” SPIE conference on “Emerging Optoelectronic Technologies” Bangalore, India, 16-21 December 1991.
• Onno W. Purbo, C.R. Selvakumar and D. Misra (NJIT, USA), “Reactive Ion Etching of SOI (ZMR and SIMOX) Silicon in CF4+O2 and SF6+O2 Plasmas,” the Fifth International Symposium on Silicon-on-Insulator Technology and Devices of the Electrochemical Society, St. Louis, Missoury, 17-22 May 1992.
• Onno W. Purbo, C.R. Selvakumar and D. Misra (NJIT, USA), “Reactive Ion Etching of SOI (SIMOX and ZMR) Silicon in Nitrogen Containing CF4 + O2 and SF6 + O2 Plasmas,” Journal of Electrochemical Society, vol. 140, no. 9, pp. 2659-2668, 1993.
• Onno W. Purbo, “An alternative approach to built low cost TCP/IP-based Wide Area Network in Indonesia,” the South East Asia Regional Computer Confederation (SEARCC) ‘92 regional conference, Kuala Lumpur, 14 August 1992.
• Onno W. Purbo, “The building of information infra-structure to sustain the current growth in Indonesia,” The Canadian Association for Studies on International Development (CASID) conference, Carleton University, Ottawa, 7-9 June 1993.
• O.W.Purbo and C.R.Selvakumar, “Gamma radiation effects on ZMR-SOI Polysilicon Emitter Transistors,” 1993 International Conference on Microelectronics, Dhahran, 14-16 December 1993.
• Onno W. Purbo, “Low cost strategies for a sustainable microelectronics information system,” MICRO’93, Surfers Paradise, Queensland, Australia 5-8 October 1993.
• Onno W. Purbo, “A Unified Model of Early Voltage for Bipolar Transistors at low temperatures,” the 3rd ASEAN regional seminar (TARSMIT 94) on Microelectronics and Information Technology, 9-11 August 1994, Bangkok, Thailand.
• Onno W. Purbo, “Early voltage of ZMR-SOI polysilicon emitter transistors at low temperatures,” the 3rd ASEAN regional seminar (TARSMIT 94) on Microelectronics and Information Technology, 9-11 August 1994, Bangkok, Thailand.
• Onno W. Purbo, F. Ihsan Hariadi & Mervin Hutabarat, “The microelectronics infrastructure in Indonesia,” International Conference on Microelectronics 1994, Istambul, Turkey.
• Onno W. Purbo, “The Indonesia Computer Network Infrastructure A Status Report,” Expert Group Meeting in the Development of RIHED Information Network on Higher Education, Bangkok, Thailand, March 14 16, 1995.
• Budi Jatmiko, Abdulbasir, Eddy Yahya, Onno W. Purbo, and Ihsan Hariadi, “Optimizing temperature and time of phosphorous diffusion in p/B type polycrystalline silicon substrate,” International Conference on Microelectronics ICM’95, Kuala Lumpur, Malaysia.
• Onno W. Purbo, Ichwan F. Agus, Arman Hazairin, A. Daniel Sembiring, Rudi Nursasono, Aulia K. Arief, Basuki Suhardiman, Zilmy Zamfarra, M. Halomoan Rambe, Februaris Purnomo, Bondan, Unedo Matondang, Denisz, Ismail Fahmi, Adnan, “Development of Computer Communication Network & its present status in Indonesia,” The 4th ASEAN Science and Technology Week, 21 August – 1 September, Bangkok, Thailand.
• Soegiardjo Soegijoko, Onno W. Purbo, Widiadnyana Merati, Priyono Sutikno, Intan Achmad, “Indonesia Computer Network Status”, Asia Pacific Networking Group (APNG) Meeting, 22-24 January 1996, Singapore.
• D.Misra, O.W.Purbo, C.R.Selvakumar, “Reduction of damage in Reactive Ion Etched Surfaces through Process Modification,” SPIE: Microelectronics Processing ‘93, Monterey, California, 27-29 September 1993.
• Onno W. Purbo, “Indonesian Information Infrastructure & The Strategy to Implement Electronics Data Interchange (EDI),” International Seminar on Electronic Data Interchange: Implementation in Transport Sector, Yogyakarta 11-12 June 1997.
Buku
Menulis lebih dari 40 judul buku dengan topik sekitar teknologi Internet, Open Source, Linux, Keamanan Jaringan, Wireless Internet, Internet Telepon (VoIP). Beberapa diantaranya dalam bahasa Inggris dan dapat di download di Internet. Beberapa diantara buku tersebut adalah,
• 1998, Onno W. Purbo, Gadang Ramantoko, Khrisnahadi Pribadi, Bobby Nazief, “Kerangka Konseptual Nusantara 21″, Yayasan Litbang Telekomunikasi Informatika.
• 1998, Onno W. Purbo, Ismail Fahmi, Akhmad Husni Thamrin, Adnan Basalamah, “TCP/IP: Konsep Disain dan Implementasi”, Elexmedia Komputindo.
• 2000, Onno W. Purbo, “Teknologi Warung Internet”, Elexmedia Komputindo.
• 2000, Onno W. Purbo dan Akhmad Daniel Sembiring, “Linux RedHat”, Elexmedia Komputindo.
• 2001, Thabratas Tharom dan Onno W. Purbo, “VOIP: Voice over Internet Protocol”, Elexmedia Komputindo.
• 2001, Onno W. Purbo dan Akhmad Daniel Sembiring, “APACHE Web Server”, Elexmedia Komputindo.
• 2001, Onno W. Purbo dan Ridwan Sanjaya, “Membuat Aplikasi WAP dengan PHP”, Elexmedia Komputindo.
• 2002, Onno W. Purbo, “Konferensi Video Melalui Internet”, Penerbit Andi.
• 2002, Onno W. Purbo dan Ridwan Sanjaya, “Membangun Web dengan JSP”, Elexmedia Komputindo.
• 2003, Onno W. Purbo, “Filosofi Naif Kehidupan Dunia Cyber”, Penerbit Republika.
• 2003, Onno W. Purbo, “Infrastruktur Wireless Internet Kecepatan 11-22Mbps”, Penerbit Andi.
• 2004, Samuel Prakoso, Tomy dan Onno W. Purbo, “Panduan Praktis Menggunakan E-mail Server Qmail”, Elexmedia Komputindo.
• 2004, Onno W. Purbo, “Practical Guide to Internet Telephony”, International Development Research Center
• 2004, Onno W. Purbo, “Practical Guide To Build A WiFi Infrastructure”, International Development Research Center
• 2005, Onno W. Purbo, “Buku Pegangan Internet Wireless dan Hotspot”, Elexmedia Komputindo.
• 2006, Onno W. Purbo, “PC Cloning Windows pakai Linux LTSP”, Penerbit Andi.
• 2006, Onno W. Purbo, “Buku Pegangan Pengguna ADSL dan Speedy”, Elexmedia Komputindo.
• 2007, Onno W. Purbo, “Buku Pegangan VoIP Rakyat Cikal Bakal Telkom Rakyat”, InfoKomputer.
• 2007, Onno W. Purbo, “Panduan Praktis RT/RW-net”, Infokomputer.
• 2007, Onno W. Purbo, “Akses Internet Menggunakan 3G”, CHIP.
• 2007, “ICT Infrastructure in Emerging Asia: Policy and Regulatory Roadblocks”, (co author) LIRNEAsia.
• 2008, Onno W. Purbo, “Intel Platform Administration Technology”, Penerbit Andi.
• 2008, Onno W. Purbo, “Panduan Mudah merakit + menginstal server linux”, Penerbit Andi.
• 2008, Onno W. Purbo, “Membangun Pemancar FM broadcast komunitas”, Penerbit Andi.
• 2009, Onno W. Purbo, “Ayo memblok situs negatif”, Penerbit Andi.
sumber: http://id.wikipedia.org